Senin, 04 Oktober 2010

Pernikahan a la Adat Belitung (part 2)

Pengantin Beranjuk

Badan rasanya masih pegel, tulang-tulang serasa remuk... Setelah seharian kemarin begawai, bantuin sodaraku yang hajatan. Seperti diceritakan dalam postingan sebelumnya, sepupuku yang namanya Eko nikah 2 minggu lalu. Dan kemarin itu digelar acara lanjutan yang masih merupakan rangkaian acara adat nikah a la Belitung, yaitu pengantin beranjuk. Sibuk banget, mana hujan... Tapi setelah selesai acara, puas banget rasanya. Plus lega, hufft...

Nggak kalah ribetnya sama rangkaian acara pernikahan di rumah pengantin cewek, prosesi pengantin beranjuk yang digelar di rumah pengantin cowok juga ternyata memiliki alur yang cukup panjang dan unik. Kepanitiaan juga cukup njelimet dan mbingungi, hahaha... Cuman bedanya, pengantin beranjuk ini hanya digelar dalam sehari.

Selama kurang lebih seminggu sebelum hari H, semua anggota keluarga sudah dibuat sibuk dengan segala urusan tetek bengek acara. Yang pertama dilakukan adalah pembagian tugas dan kepanitiaan. Untuk menentukan siapa saja yang akan ditunjuk sebagai panitia acara, diadakan rapat panitia yang biasanya dihadiri oleh sesepuh dalam keluarga (kebanyakan udah bapak-bapak), juga orang-orang yang diajukan sebagai calon panitia tersebut. Sedangkan yang ibu-ibu dapat bagian di dapur buat nyiapin hidangan untuk peserta rapat. Susunan panitia yang ditetapkan untuk acara pengantin beranjuk (maupun acara pernikahan) diantaranya adalah :
  1. Pengulu gawai (pemimpin hajatan)
  2. Tukang ngundang
  3. Tukang nerimak tamu (penerima tamu)
  4. Tukang tanak nasik (masak nasi)
  5. Tukang masak aik (masak air)
  6. Tukang ngambik aik (mengambil air)
  7. Tukang perikse sajian (memeriksa sajian)
  8. Tukang ngelepaskan sajian
  9. Tukang nyuci piring
  10. Tukang berebut lawang (berebut pintu)
  11. Tukang jage jajak (menjaga kue)
  12. Tukang ngantar makanan penganten
  13. Tukang bearak
  14. Tukang ngambelek penganten (menjemput pengantin)
  15. Panggong (tukang masak)
  16. Mak inang (juru rias pengantin)
Setelah seluruh panitia terbentuk, maka seluruh panitia dan kerabat mulai begawai pada keesokan harinya. Yang pertama dilakukan adalah nyelamatek gawai oleh dukun kampong. Setelah itu, para cowok dari yang tua sampai yang muda bergotong royong untuk menata panggung dan tenda untuk hajatan. Besoknya, kira-kira H-2, dimulai acara ngebumbu/ngeranca bumbu (meracik bumbu sebagai persiapan untuk memasak esok harinya). Lalu H-1'nya mulai bemasak.

Pada hari H, keluarga pengantin cewek, beserta kedua mempelai, datang dengan iring-iringan rebana. Tapi mereka tidak harus beradu pantun dulu seperti pada acara di rumah pengantin cewek. Seluruh rombongan masuk kedalam rumah pengantin cowok, dan kedua mempelai menempati pelaminan. Berhubung aku cuman jadi panitia 'bagian belakang' alias bantu-bantu masak, jadinya aku kurang tau ngapain aja mereka di dalam rumah. Keliatannya sih, mereka cuma bekelakar untuk mengakrabkan kedua keluarga. Lalu (kalo gak salah), ada acara dimana kedua mempelai berkeliling sambil bersalaman dengan seluruh anggota rombongan pengantin cewek. Mungkin sebagai salam perpisahan atau apa... kar'na mulai hari itu, kedua mempelai akan tinggal di rumah keluarga cowok. Itulah kenapa prosesi ini dinamakan pengantin beranjuk, karena pada hari inilah pengantin diantarkan ke rumah pengantin cowok untuk beranjuk (menginap).

Nggak terasa, hari mulai sore... Tamu undangan sudah mulai sepi. Aku yang tadinya cuma kebagian tugas bantu-bantu masak, beralih profesi jadi fotografer dadakan. Jepret sana, jepret sini... Sedih juga, karena fotografer adalah satu-satunya orang yang nggak kebagian difoto. Wekkk... Tapi sekali lagi, aku cukup puas. Ternyata begini yah prosesi pernikahan a la Belitung. Ribet plus unik.

Luph ya, Belitong...

0 komentar: